Label

Sabtu, 16 Januari 2016

Pendidikan Tak Mengurangi Pengangguran

MASALAH pendidikan dewasa ini semakin menjadi perhatian. Tidak mengherankan mengingat pendidikan adalah milik  dan tanggung jawab masyarakat. Kedudukan pendidikan sangat strategis menuju arah tercapainya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Berbagai upaya dihimpun dan dikerahkan  untuk mencapai peningkatan kualitas pendidikan, terutama pendidikan  formal di sekolah-sekolah. Peningkatan sumber daya manusia artinya usaha untuk  menghasilkan  manusia yang beriman dan bertaqwa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, cerdas, tangguh, kreatif, terampil dan beretos kerja sebagaimana diamanatkan GBHN ( GBHN 1998 ).

Pertanyaan pun muncul, mengapa usaha peningkatan sumber daya manusia belum dapat segera terwujud ? Jawabnya cukup kompleks. Artinya banyak hal yang mempengaruhi sekaligus menjadi kendala bagi tercapainya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Kendala yang dimaksud adalah adanya kondisi yang sangat ironis bahkan bertolak belakang  dalam dunia pendidikan kita. Kondisi yang bertolak belakang tersebut artinya ketidakseimbangan antara harapan dan kenyataan. Harapan dari produk pendidikan sangatlah mutlak dan ideal akan tetapi kenyataan proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah serta daya dukung masyarakat belum dapat dikatakan seimbang.

Fenomena lain adanya penjejalan bahan pelajaran pada siswa. Untuk mengantisipasi hal itu siswa masih harus mengikuti bimbingan tes atau les privat untuk mendukung pemahaman terhadap mata pelajaran yang dipelajarinya.

Siswa selaku subyek pendidikan. Kurangnya minat baca bagi siswa mmengawali rendahnya kualitas siswa itu sendiri. Sementara mereka senang membicarakan tokoh-tokoh sukses, orang-orang tenar, kaya, cendekiawan, insinyur dan lain sebagainya. Disisi lain mereka masih enggan untuk belajar, membaca dan tak mau melirik perpustakaan. Budaya ngobrol, nonton TV, nongkrong  dan kumpul-kumpul agaknya mengangkangi proporsi waktu hari-hari yang dilewatinya, Tak hanya ini dengan tumbuh kembangnya teknologi seperti Smarfone yang serba canggih membuat candu tersendiri bagi siswa dibandingkan meluangkan waktu untuk belajar.

Ketidaksesuaian latar belakang pendidikan dengan lapangan pekerjaan. Fakta memaksa harus puas lulusan SMA bekerja di pabrik gilingan batu, lulusan sarjana filsafat  bekerja sebagai satpam di hotel-hotel. Kita dapat angkat bicara seolah-olah tidak ada fungsinya hafalan-hafalan mata pelajaran dengan pekerjaan di tempat kerjanya. Di lingkungan PNS pun ba
Tak lepas dari itu tujuan dari pada seorang menempuh jenjang pendididkan adalah untuk serta merta mendapatkan ijazah saja, Sehingga dalam proses pembelajaran ia tak begitu mengoptimalkan dirinya untuk belajr dengan baik.

Maraknya sistem penerimaan kerja melalui jalur KKN ( Korupsi, Kolusi dan Nepotisme ). Anak tidak termotivasi belajar yang keras karena ada jalan pintas mencari pekerjaan dengan  model kolusi. Apabila sistem ini terus membudaya dalam masyarakat maka akan menghancurkan tumbuhnya jiwa  kemandirian dan mematikan kreativitas pada generasi masa depan.


Lebih mengherankan lagi bahwsanya semakin tinggi tingkat pendidikan seorang siswa di harapkan mampu memberikan contoh teladan kepada  anak yang putus sekolah maupun  samasekali tak pernah duduk dibangku pendididkan, Namun ironisnya itu tidak sesuai dengan harapan. Justru sebaliknya anak yang berpendidikan lebih dominan mengikuti pergaulan anak jalanan , muncullah tanda Tanya besar diakalangan masyarakat, dimana letak kekurang pendidikan sekarang ini.

Penulis :  Wahyudi /50500113098/Jur C
Post      : Lisa Indrawati

1 komentar:

  1. Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Rosnida zainab asal Kalimantan Timur, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil di daerah surakarta, dan disini daerah tempat mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya 0853-1144-2258 atas nama Drs Tauchid SH.MSI beliaulah yang selama ini membantu perjalan karir saya menjadi PEGAWAI NEGERI SIPIL.alhamdulillah berkat bantuan bapak Drs Tauchid SH.MSI SK saya dan 2 teman saya sudah keluar, Wassalamu Alaikum Wr Wr

    BalasHapus