Dewasa ini kasus berakhirnya suatu ikatan pernikahan atau
biasa disebut dengan perceraian bukanlah lagi menjadi hal yang tabu di kalangan
masyarakat. Hal tersebut menjadi makin marak dilakukan, bahkan sudah menjadi
hal yang umum di sebagian masyarakat Indonesia. Kalaupun dulu kasus ini masih
begitu jarang dan masyarakat menganggap perceraian merupakan sesuatu yang
memalukan, tidaklah untuk saat ini. Buktinya angka perceraian di Indonesia
terus meningkat drastis di tiap tahunnya. Tak hanya usia pernikahan yang masih
seumur jagung saja yang bercerai, pasangan yang sudah menikah puluhan tahun pun
juga cukup banyak yang mengajukan gugatan perceraian.
Adapun anak – anak yang menjadi bukti cinta kasih pasangan
dan merupakan amanah yang diberikan Tuhan kepada orang tua untuk dirawat dan
diberi kasih sayang, menjadi terkena pengaruh dari adanya kasus ini. Orang tua
kemudian demi kepentingannya pribadi menjadi egois untuk kemudian mengambil
keputusan saling berpisah tanpa memperhatikan dampak yang terjadi kepada anak –
anak mereka. Terlebih lagi untuk anak – anak usia dini yang masih perlu belaian
kasih saying dan begitu tergantung dengan orang tuanya, hal tersebut tentu baik
disadari ataupun tidak akan mempengaruhi kepribadian anak. Rasa aman dan
kehangatan keluarga yang menjadi kebutuhan dasar mereka, jika tak didapatkan
akan begitu berpengaruh dalam kehidupannya baik semasa anak – anak maupun
setelah dewasa. Walaupun kadangkala, perceraian merupakan satu – satunya alasan
untuk kehidupan yang baik di antara kedua belah pihak, tetapi selalu ada akibat
buruknya pada anak, baik secara psikologis maupun secara fisik. Biasanya
perceraian diawali oleh adanya percekcokan rumah tangga yang dibumbui dengan
pertengkaran – pertengkaran kecil dalam rumah. Hal ini tentunya akan lebih
bijak jika tidak dilakukan di depan anak. Karena ketika anak melihat orang
tuanya sedang bertengkar hal tersebut akan begitu berpengaruh kepada
perkembangan psikologis anak. Anak menjadi merasa tak aman dan tak nyaman
dengan keluarganya sendiri. Apalagi untuk anak usia dini yang cenderung akan
meneladani orang tuanya sebagai figur yang segala tutur kata dan tingkah
lakunya begitu dicontoh. Jika kemudian anak melihat kedua orangtuanya lepas
kendali dan bertengkar di depan mereka , akhirnya dia pun bisa jadi akan
mencontoh pula menjadi seorang anak yang susah mengendalikan diri .
Dalam
beberapa kasus ketidakharmonisan hubungan rumah tangga yang berujung
perceraian, ada suami yang tega melakukan tindak kekerasan pada istri, membuat
si anak yang melihat kejadian tersebut menjadi takut kepada ayahnya sendiri,
seseorang yang seharusnya dapat menjadi seorang tokoh yang dekat dan menjadi
panutannya. Hal tersebut dapat mengakibatkan adanya ketakutan tak mendasar yang
mengganggu kehidupan psikologisnya. Rasa aman tak didapatkannya dan dia menjadi
cenderung tak dapat mempercayai satu pun orang di dunia ini karena keluarga
yang dekat dengannya saja tak sesuai dengan kondisi keinginannya.
Perceraian
( Broken Home) sangat berpengaruh besar pada mental seorang anak. Hal inilah
yang mengakibatkan seorang anak jadi tidak ingin beprestasi. Hal ini juga
merusak jiwa anak secara perlahan-lahan dan membuat mereka menjadi susah untuk
diatur, tidak disiplin dan brutal. Mereka juga bisa dibilang menjadi pemicu
dari suatu kerusuhan karena mereka ingin mencari simpati dari teman-temannya
bahkan dari para guru. Untuk menyikapi hal ini perlu diberikan perhatian dan
pengerahan yang khusus agar mereka mau sadar dan mau berprestasi. Masa remaja
merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju
kedewasaan . Pada masa inilah remaja akan mulai melakukan banyak hal-hal yang
negative pada umumnya. Mereka akan mulai lebih mendengarkan teman-temannya
daripada orangtua atau keluarga. Pastinya, kasus-kasus broken home itu sama
halnya dengan kasus – kasus sosial lainnya. Inti dari permasalahan ini adalah
komunikasi yang baik antar anggota keluarga dan yang terutama adalah
suami-istri, karena memburuknya komunikasi diantara suami – istri ini
seringkali menjadi pemicu utama dalam keluarga broken home. Oleh sebab itu ,
sangatlah penting rasa saling percaya, saling terbuka diantara keduanya agar
terjadi komunikasi yang efektif. Dalam keadaan ini, kematangan kepribadianlah
yang menentukan penerimaan peran dari pasangan komunikasinya.
Keputusan
orang tua untuk melakukan perceraian tak lepas dari dampak yang akan diterima
oleh anak. Perceraian orang tua salah satunya dapat berdampak terhadap kualitas
hidup anak. Walaupun pada dasarnya penyebab turunnya kualitas hidup pada anak
baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama belum diketahui secara pasti.
Namun hal ini dapat terjadi karena kondisi orang tua merupakan faktor yang
sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak.
Kenapa
demikian, karena kualitas hidup anak bukan hanya diukur dari segi fisik atau
mental namun juga dari segi kesejahteraan ekonomi, konsumsi pangan, kesehatan,
pendidikan, perolehan informasi, kepedulian orang tua, interaksi sosial dan
perilaku menyimpang. Dengan kondisi orang tua yang tidak lengkap dan kondisi
anak yang cenderung menghadapi banyak masalah sehingga perkembangan kehidupan
anak dapat terganggu. Selain itu, interaksi anak dengan orang tua merupakan
salah satu faktor interpersonal yang dapat mempengaruhi kualitas hidup anak.
Adapun status pernikahan orang tua, pendidikan orang tua dan waktu perceraian
orang tua merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kualitas hidup
anak.
Beberapa dampak perceraian terhadap mental pada anak adalah;
- Kesehatan Fisik
Anak dari
keluarga bercerai memiliki fungsi fisik yang lebih lemah, hal ini dapat
disebabkan oleh sumber keuangan yang diterima anak menjadi lebih sedikit,
sehingga dapat berpengaruh terhadap ketersediaan dana kesehatan untuk anak.
Selain itu, hasil riset lain menunjukkan bahwa setelah 10 tahun memantau
kehidupan anak dari keluarga bercerai, mereka memiliki kesehatan fisik yang
lebih buruk daripada anak dari keluarga utuh. Sehingga anak dari keluarga
bercerai memiliki risiko yang lebih tinggi mendapatkan perawatan medis atau
pengobatan.
- Kesejahteraan Psikologis/ mental
Khususnya
para remaja yang mengalami perceraian orang tua, mereka akan memiliki
kesejahteraan psikologis dan penerimaan sosial yang lebih rendah daripada anak
dari keluarga utuh. Hal ini dapat terjadi karena mereka tidak mendapatkan kasih
sayang utuh dari kedua orang tua sehingga merasa kesejahteraan psikologisnya
tidak terpenuhi. Pada akhirnya mereka mengalami kesulitan dalam menyesuaikan
kondisi psikologisnya.
- Kebebasan diri
Anak
dari keluarga bercerai memiliki kebebasan yang lebih sedikit untuk mengatur
dirinya. Hal ini dikarenakan anak dari keluarga bercerai memiliki permasalahan
yang lebih kompleks daripada anak dari keluarga utuh. Adanya permasalahan yang
dihadapi oleh anak dapat berpengaruh terhadap aktivitas atau kegiatan yang akan
dilakukan.
- Suasana hati (mood) dan emosi
Ketidakstabilan
suasana hati dan emosi merupakan salah satu dampak jangka pendek yang
ditimbulkan akibat dari perceraian orang tua. Anak akan merasakan berbagai
macam emosi sebelum proses perceraian, selama proses perceraian dan setelah
proses perceraian berakhir. Kondisi ini akan terus berlanjut dirasakan oleh
anak dalam jangka waktu yang panjang setelah terjadinya perceraian orang tua.
- Hubungan dengan orang tua dan kehidupan di rumah
Efek
dasar dari perceraian (dan permasalahan orang tua yang menyebabkan perceraian)
adalah melemahnya hubungan antara orang tua dan anak. Setelah terjadinya
perceraian, orang tua memiliki dua kelompok masalah besar yaitu penyesuaian
dengan konflik mereka sendiri dan peran mereka sebagai orang tua yang bercerai.
Stres akibat dari perceraian dapat merusak hubungan antara orang tua dan anak.
Selain itu, kesehatan mental ibu dan faktor sosial ekonomi dapat mengganggu
hubungan antara orang tua dengan anak.
- Lingkungan sekolah dan pembelajaran
Akibat
perceraian orang tua memiliki hubungan yang positif dengan menurunnya prestasi
akademik di sekolah. Anak memiliki cita-cita yang rendah dan hasil ujian yang
rendah selama proses perceraian orang tua mereka berlangsung. Dalam riset lain
menunjukkan bahwa anak dari keluarga bercerai memiliki kebiasaan membaca,
mengeja dan menghitung yang lebih buruk. Selain itu, anak dari keluarga
bercerai juga memiliki kebiasaan absen di kelas 60% lebih banyak daripada anak
dari keluarga utuh.
Anak
yang mengalami perceraian orang tua lebih dari 1 tahun, akan mendapatkan
kesejahteraan psikologis yang lebih rendah daripada anak yang mengalami
perceraian orang tua kurang dari 1 tahun. Pada awal tahun perceraian, pada
umumnya anak mendapat kasih sayang dan perhatian orang tua yang lebih banyak.
Adapun setelah itu, kebanyakan orang tua sibuk dengan dunianya sendiri sehingga
anak merasa sendiri dan tidak mendapatkan perhatian.
Selain
itu, anak yang mengalami perceraian orang tua lebih dari 1 tahun akan memiliki
suasana hati (mood) dan emosi yang tidak stabil. Hal
ini dapat terjadi karena beberapa dampak perceraian dalam jangka pendek akan
terakumulasi, sehingga satu tahun setelah terjadinya perceraian, anak akan
mendapatkan permasalahan yang semakin kompleks dan menimbulkan emosi yang
semakin hebat.
Penulis : Fitrah Indah Jumaldi / 50500113088 / Jur B
Post : Ashari Prawira Negara
saya IBU WINDA posisi sekarang di malaysia
BalasHapusbekerja sebagai ibu rumah tangga gaji tidak seberapa
setiap gajian selalu mengirimkan orang tua
sebenarnya pengen pulang tapi gak punya uang
sempat saya putus asah dan secara kebetulan
saya buka FB ada seseorng berkomentar
memberanikan diri karna sudah bingun
saya minta angka sama AKI NAWE
angka yatentang AKI NAWE katanya perna di bantu
melalui jalan togel saya coba2 menghubungi
karna di malaysia ada pemasangan
jadi saya ng di berikan 6D TOTO tembus 100%
terima kasih banyak AKI
kemarin saya bingun syukur sekarang sudah senang
rencana bulan depan mau pulang untuk buka usaha
bagi penggemar togel ingin merasakan kemenangan
terutama yang punya masalah hutang lama belum lunas
jangan putus asah HUBUNGI AKI NAWE 085-218-379-259 ATAU KLIK SITUS KAMI PESUGIHAN TAMPA TUMBAL tak ada salahnya anda coba
karna prediksi AKI tidak perna meleset
saya jamin AKI NAWE tidak akan mengecewakan