Label

Jumat, 15 Januari 2016

Pengaruh Mental Anak Terhadap Keluarga Broken Home




Dewasa ini kasus berakhirnya suatu ikatan pernikahan atau biasa disebut dengan perceraian bukanlah lagi menjadi hal yang tabu di kalangan masyarakat. Hal tersebut menjadi makin marak dilakukan, bahkan sudah menjadi hal yang umum di sebagian masyarakat Indonesia. Kalaupun dulu kasus ini masih begitu jarang dan masyarakat menganggap perceraian merupakan sesuatu yang memalukan, tidaklah untuk saat ini. Buktinya angka perceraian di Indonesia terus meningkat drastis di tiap tahunnya. Tak hanya usia pernikahan yang masih seumur jagung saja yang bercerai, pasangan yang sudah menikah puluhan tahun pun juga cukup banyak yang mengajukan gugatan perceraian.

Adapun anak – anak yang menjadi bukti cinta kasih pasangan dan merupakan amanah yang diberikan Tuhan kepada orang tua untuk dirawat dan diberi kasih sayang, menjadi terkena pengaruh dari adanya kasus ini. Orang tua kemudian demi kepentingannya pribadi menjadi egois untuk kemudian mengambil keputusan saling berpisah tanpa memperhatikan dampak yang terjadi kepada anak – anak mereka. Terlebih lagi untuk anak – anak usia dini yang masih perlu belaian kasih saying dan begitu tergantung dengan orang tuanya, hal tersebut tentu baik disadari ataupun tidak akan mempengaruhi kepribadian anak. Rasa aman dan kehangatan keluarga yang menjadi kebutuhan dasar mereka, jika tak didapatkan akan begitu berpengaruh dalam kehidupannya baik semasa anak – anak maupun setelah dewasa. Walaupun kadangkala, perceraian merupakan satu – satunya alasan untuk kehidupan yang baik di antara kedua belah pihak, tetapi selalu ada akibat buruknya pada anak, baik secara psikologis maupun secara fisik. Biasanya perceraian diawali oleh adanya percekcokan rumah tangga yang dibumbui dengan pertengkaran – pertengkaran kecil dalam rumah. Hal ini tentunya akan lebih bijak jika tidak dilakukan di depan anak. Karena ketika anak melihat orang tuanya sedang bertengkar hal tersebut akan begitu berpengaruh kepada perkembangan psikologis anak. Anak menjadi merasa tak aman dan tak nyaman dengan keluarganya sendiri. Apalagi untuk anak usia dini yang cenderung akan meneladani orang tuanya sebagai figur yang segala tutur kata dan tingkah lakunya begitu dicontoh. Jika kemudian anak melihat kedua orangtuanya lepas kendali dan bertengkar di depan mereka , akhirnya dia pun bisa jadi akan mencontoh pula menjadi seorang anak yang susah mengendalikan diri .
Dalam beberapa kasus ketidakharmonisan hubungan rumah tangga yang berujung perceraian, ada suami yang tega melakukan tindak kekerasan pada istri, membuat si anak yang melihat kejadian tersebut menjadi takut kepada ayahnya sendiri, seseorang yang seharusnya dapat menjadi seorang tokoh yang dekat dan menjadi panutannya. Hal tersebut dapat mengakibatkan adanya ketakutan tak mendasar yang mengganggu kehidupan psikologisnya. Rasa aman tak didapatkannya dan dia menjadi cenderung tak dapat mempercayai satu pun orang di dunia ini karena keluarga yang dekat dengannya saja tak sesuai dengan kondisi keinginannya.
Perceraian ( Broken Home) sangat berpengaruh besar pada mental seorang anak. Hal inilah yang mengakibatkan seorang anak jadi tidak ingin beprestasi. Hal ini juga merusak jiwa anak secara perlahan-lahan dan membuat mereka menjadi susah untuk diatur, tidak disiplin dan brutal. Mereka juga bisa dibilang menjadi pemicu dari suatu kerusuhan karena mereka ingin mencari simpati dari teman-temannya bahkan dari para guru. Untuk menyikapi hal ini perlu diberikan perhatian dan pengerahan yang khusus agar mereka mau sadar dan mau berprestasi. Masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan . Pada masa inilah remaja akan mulai melakukan banyak hal-hal yang negative pada umumnya. Mereka akan mulai lebih mendengarkan teman-temannya daripada orangtua atau keluarga. Pastinya, kasus-kasus broken home itu sama halnya dengan kasus – kasus sosial lainnya. Inti dari permasalahan ini adalah komunikasi yang baik antar anggota keluarga dan yang terutama adalah suami-istri, karena memburuknya komunikasi diantara suami – istri ini seringkali menjadi pemicu utama dalam keluarga broken home. Oleh sebab itu , sangatlah penting rasa saling percaya, saling terbuka diantara keduanya agar terjadi komunikasi yang efektif. Dalam keadaan ini, kematangan kepribadianlah yang menentukan penerimaan peran dari pasangan komunikasinya.
Keputusan orang tua untuk melakukan perceraian tak lepas dari dampak yang akan diterima oleh anak. Perceraian orang tua salah satunya dapat berdampak terhadap kualitas hidup anak. Walaupun pada dasarnya penyebab turunnya kualitas hidup pada anak baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama belum diketahui secara pasti. Namun hal ini dapat terjadi karena kondisi orang tua merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak.
Kenapa demikian, karena kualitas hidup anak bukan hanya diukur dari segi fisik atau mental namun juga dari segi kesejahteraan ekonomi, konsumsi pangan, kesehatan, pendidikan, perolehan informasi, kepedulian orang tua, interaksi sosial dan perilaku menyimpang. Dengan kondisi orang tua yang tidak lengkap dan kondisi anak yang cenderung menghadapi banyak masalah sehingga perkembangan kehidupan anak dapat terganggu. Selain itu, interaksi anak dengan orang tua merupakan salah satu faktor interpersonal yang dapat mempengaruhi kualitas hidup anak. Adapun status pernikahan orang tua, pendidikan orang tua dan waktu perceraian orang tua merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kualitas hidup anak.
Beberapa dampak perceraian terhadap mental pada anak  adalah;
  1. Kesehatan Fisik
Anak dari keluarga bercerai memiliki fungsi fisik yang lebih lemah, hal ini dapat disebabkan oleh sumber keuangan yang diterima anak menjadi lebih sedikit, sehingga dapat berpengaruh terhadap ketersediaan dana kesehatan untuk anak. Selain itu, hasil riset lain menunjukkan bahwa setelah 10 tahun memantau kehidupan anak dari keluarga bercerai, mereka memiliki kesehatan fisik yang lebih buruk daripada anak dari keluarga utuh. Sehingga anak dari keluarga bercerai memiliki risiko yang lebih tinggi mendapatkan perawatan medis atau pengobatan.
  1. Kesejahteraan Psikologis/ mental
Khususnya para remaja yang mengalami perceraian orang tua, mereka akan memiliki kesejahteraan psikologis dan penerimaan sosial yang lebih rendah daripada anak dari keluarga utuh. Hal ini dapat terjadi karena mereka tidak mendapatkan kasih sayang utuh dari kedua orang tua sehingga merasa kesejahteraan psikologisnya tidak terpenuhi. Pada akhirnya mereka mengalami kesulitan dalam menyesuaikan kondisi psikologisnya.

  1. Kebebasan diri
Anak dari keluarga bercerai memiliki kebebasan yang lebih sedikit untuk mengatur dirinya. Hal ini dikarenakan anak dari keluarga bercerai memiliki permasalahan yang lebih kompleks daripada anak dari keluarga utuh. Adanya permasalahan yang dihadapi oleh anak dapat berpengaruh terhadap aktivitas atau kegiatan yang akan dilakukan.
  1. Suasana hati (mood) dan emosi
Ketidakstabilan suasana hati dan emosi merupakan salah satu dampak jangka pendek yang ditimbulkan akibat dari perceraian orang tua. Anak akan merasakan berbagai macam emosi sebelum proses perceraian, selama proses perceraian dan setelah proses perceraian berakhir. Kondisi ini akan terus berlanjut dirasakan oleh anak dalam jangka waktu yang panjang setelah terjadinya perceraian orang tua.
  1. Hubungan dengan orang tua dan kehidupan di rumah
Efek dasar dari perceraian (dan permasalahan orang tua yang menyebabkan perceraian) adalah melemahnya hubungan antara orang tua dan anak. Setelah terjadinya perceraian, orang tua memiliki dua kelompok masalah besar yaitu penyesuaian dengan konflik mereka sendiri dan peran mereka sebagai orang tua yang bercerai. Stres akibat dari perceraian dapat merusak hubungan antara orang tua dan anak. Selain itu, kesehatan mental ibu dan faktor sosial ekonomi dapat mengganggu hubungan antara orang tua dengan anak.
  1. Lingkungan sekolah dan pembelajaran
Akibat perceraian orang tua memiliki hubungan yang positif dengan menurunnya prestasi akademik di sekolah. Anak memiliki cita-cita yang rendah dan hasil ujian yang rendah selama proses perceraian orang tua mereka berlangsung. Dalam riset lain menunjukkan bahwa anak dari keluarga bercerai memiliki kebiasaan membaca, mengeja dan menghitung yang lebih buruk. Selain itu, anak dari keluarga bercerai juga memiliki kebiasaan absen di kelas 60% lebih banyak daripada anak dari keluarga utuh.
Anak yang mengalami perceraian orang tua lebih dari 1 tahun, akan mendapatkan kesejahteraan psikologis yang lebih rendah daripada anak yang mengalami perceraian orang tua kurang dari 1 tahun. Pada awal tahun perceraian, pada umumnya anak mendapat kasih sayang dan perhatian orang tua yang lebih banyak. Adapun setelah itu, kebanyakan orang tua sibuk dengan dunianya sendiri sehingga anak merasa sendiri dan tidak mendapatkan perhatian.
Selain itu, anak yang mengalami perceraian orang tua lebih dari 1 tahun akan memiliki suasana hati (mood) dan emosi yang tidak stabil. Hal ini dapat terjadi karena beberapa dampak perceraian dalam jangka pendek akan terakumulasi, sehingga satu tahun setelah terjadinya perceraian, anak akan mendapatkan permasalahan yang semakin kompleks dan menimbulkan emosi yang semakin hebat.

Penulis : Fitrah Indah Jumaldi / 50500113088 / Jur B
Post      : Ashari Prawira Negara

1 komentar:

  1. saya IBU WINDA posisi sekarang di malaysia
    bekerja sebagai ibu rumah tangga gaji tidak seberapa
    setiap gajian selalu mengirimkan orang tua
    sebenarnya pengen pulang tapi gak punya uang
    sempat saya putus asah dan secara kebetulan
    saya buka FB ada seseorng berkomentar
    memberanikan diri karna sudah bingun
    saya minta angka sama AKI NAWE
    angka yatentang AKI NAWE katanya perna di bantu
    melalui jalan togel saya coba2 menghubungi
    karna di malaysia ada pemasangan
    jadi saya ng di berikan 6D TOTO tembus 100%
    terima kasih banyak AKI
    kemarin saya bingun syukur sekarang sudah senang
    rencana bulan depan mau pulang untuk buka usaha
    bagi penggemar togel ingin merasakan kemenangan
    terutama yang punya masalah hutang lama belum lunas
    jangan putus asah HUBUNGI AKI NAWE 085-218-379-259 ATAU KLIK SITUS KAMI PESUGIHAN TAMPA TUMBAL tak ada salahnya anda coba
    karna prediksi AKI tidak perna meleset
    saya jamin AKI NAWE tidak akan mengecewakan

    BalasHapus