Ada sekelompok orang yang tidak percaya
terhadap adanya Tuhan. Kalau dilihat dari latar belakangnya, mereka bisa
dikelompokkan lagi ke dalam beberapa golongan.
- Orang yang tidak percaya kepada Tuhan karena kesombongan.
- Orang yang tidak percaya kepada Tuhan, karena kebodohan dan ketidakmampuannya.
- Orang yang tidak percaya kepada Tuhan, karena malas berpikir dan tidak mau repot karenanya.
Sementara kelompok yang lain adalah
mereka yang mempercayai bahwa Tuhan ada.
- Orang yang percaya pada Tuhan karena doktrin.
- Orang yang percaya pada Tuhan karena logika dan rasio.
- Orang-orang yang percaya kepada Tuhan karena merasa membutuhkan kehadiran-Nya.
- Orang-orang memperoleh kesimpulan bahwa Tuhan yang ada di alam semesta ini sebenarnya adalah Tuhan Yang Satu.
Setiap
manusia memiliki naluri ketuhanan. Persoalannya adalah, apakah mereka merasa
membutuhkan kehadiranNya ataukah tidak. Dalam hal interaksi dengan Tuhan ini,
mereka terdiri dari beberapa kelompok, yaitu :
1. Orang
yang tidak mau melakukan interaksi dengan Tuhan, karena merasa tidak butuh.
2. Orang
yang malas berinteraksi denganNya.
3. Orang
yang melakukan interaksi dengan Tuhan secara terpaksa.
4. Orang
yang merasakan manfaat dalam berinterkasi dengan Tuhan.
Kita ingin memiliki
Tuhan yang bisa dibanggakan. Tuhan yang bisa dijadikan tempat bergantung ketika
butuh pertolongan. Tuhan yang bisa mengajari ilmu pengetahuan dan kepahaman
tentang segala sesuatu. Tuhan yang selalu menjaga kesehatan kita dan selalu
mencukupi kebutuhan hidup kita. Tuhan yang menyayangi dan sekaligus ‘menarik’
untuk kita cintai dan kita sayangi. Kalau bertuhan itu jangan kepada hal-hal
yang remeh-remeh. Tapi bertuhanlah kepada yang hebat sekalian. Jangan tanggung-tanggung.
Sebagaimana Firman Allah dalam QS. Ahqaf ayat 28 yang artinya :
”maka mengapa yang mereka sambah selain Allah
sebagai Tuhan untuk mendekatkan diri, tidak dapat menolong mereka? Bahkan
tuhan-tuhan itu telah lenyap dari mereka? Itulah akibat kebohongan mereka dan
apa yang dahulu mereka ada-adakan.”
Maka, ‘Tuhan yang
sebenarnya’ itu sesungguhnya adalah Tuhan yang satu. Tuhannya siapa saja. Tuhan
adalah semua makhluk yang berakal. Tidak ada yang berhak mengklaim bahwa Tuhan
yang benar itu adalah Tuhan golongan tau
kelompok tertentu. Selama kita mengacu kepada sifat-sifat yang benar dari Dzat
ketuhanan itu, maka kita telah mengacu kepada Tuhan yang sama. Apapun namanya.
Dalm konteks Al-Qur’an itulah yang kita sebut sebagai Allah.
Allah tidak pernah mempermasalahkan nama-nama.
Karena yang lebih substansial adalah Dzat. ‘Nama’ hanyalah pepesan kosong.
Dengan kata lain, Allah ingin menegaskan bahwa Tuhan di alam semesta ini –
tidak bisa tidak – Cuma satu saja. Apapun namaNya, jika Ia benar-benar Tuhan,
maka pasti akan mengarah kepada Dzat yang Tunggal, yaitu Allah.
Selain Maha Nyata, Allah juga bersifat Zhahir dan
Bathin. Zhahir adalah lahiriah,fisikal sedangkan Bathin adalah btiniah, sesuatu
yang tersembunyi. Mesikpun Allah Nyata dan Zhahir, tidak berarti kita lantas
bisa melihatNya. Tidak selalu kita bisa melihat sesuatu, meskipun sesuatu itu
nyata dan zhahir.
Tuhan Allah
adalah Dzat yang Maha Besar. Paling Besar. DzatNya tidak berada di dalam jagad
raya semesta, melainkan jagad raya itulah yang berada di dalam kebesaran Dzat
Allah. Bahkan, jagad raya yang berisi triliunan benda langit itu, sebenarnya
hanyalah setitik debu dari kebesaran Allah. Karena iyu, tidak perlu
bingung-bingung mencari Allah berada di mana, karena kemanapun kita
menghadapkan wajah, disanalah kita sedang berhadapab dengan ‘Wajah’ Allah…
Allah
seringkali menyebut-nyebut langit dan bumi sebagai bukti kebesaranNya. Kenapa?
Karena dengan memahami langit dan bumi kita menjadi tahu betapa besarnya alam
semesta ini. Apalagi yang mencipyakannya.
Perasaan
dekat dan jauh terhadap Allah itu dialami oleh jiwa kita. Bukan oleh badan
wadag atau Ruh. Ia hanya merupakan ‘media’ bagi jiwa untuk memperoleh berbagai
rasa. Ruh adalah potensi sifat-sifat ketuhanan yang ditularkan Allah kepada
badan wadag. Karena kemasukan Ruh itulah maka badan wadag menjadi hidup dengan
segala derivative sifat-sifat Allah.
Allah menggunakan beberapa istilah yang hampir sama
maknanya untuk menggambarkan kehendak makhluk kepada Tuhannya. Setidak-tidaknya
ada 5 tingkat kedekatan.
1. Meliputi
- Makna kata meliputi memberikan persepsi sebagai kedekatan makhluk dengan Tuhannya atau sebaliknya. Tapi kedekatan yang bersifat universal.
- Bersama
- Kata bersama menunjukkan kedekatan secara khusus. Penggunaan kata bersama ini langsung dikaitkan dengan objeknya: bersamamu,bersamanya, bersamaku.
- Dekat
- Menggambarkan kedekatan secara lebih emasional.
- Di sisiNya
- Menggambarkan kedekatan posisi yang tinggi.
- Berserah diri
- Suatu tingkatan dimana ego seseorang sudah sedemikian rendahnya. Dan yang muncul hanya ego Allah saja.
Bagaimana cara mendekatiNya? Proses pendekatan itu
bakal muncul dalam jiwa kita, seiring dengan kedalaman makna ibadah yang sedang
kita jalani. Semakin paham kita tentang apa yang kita jalani, maka semakin
dekat hati kita dengan Allah. Dan kemudian tertulari sifat-sifat universalNya.
Maka semakin dekat kita kepada Allah, sifat-sifat itu lantas akan terpancar
dalam keseharian kita.
Seperti kita ketahui, bahwa tingkat tertinggi adalah
berserah diri. Agar bisa berserah diri, tentu kita melakukannya dengan ikhlas.
Orang yang ikhlas, menjalani segala sesuatu tanpa pamrih. Lebih jauh, seseorang
bakal ikhlas menjalani sesuatu pekerjaan kalau dia mencintai hal itu. Namun
mencintai tidak bisa dipaksa-paksa. Kecintaanbakal muncul dari aktifitas yang berulang-ulang, penuh penghayatan. Akan
tetapi, interaksi berulang-ulang dengan penuh ketekunan bakal terjadi, jika
kita memahami sertamenghayati. Dan tidak akan terjadi jika kita tidak berusaha
mengenal dan mempelajarinya.
Kebahagiaan cinta, sesungguhnya, bukan dirasakan
oleh orang yang dicintai, melainkan oleh orang yang mencintai. Mencintai adalah
jalan menuju kebahagiaan. Semakin cita anda kepada Allah , semakin bahagialah
anda. Hamba-hamba yang terlanjut jatuh cinta kepadaNya tidak memiliki rasa
jenuh dan bosan. Karena semua itu membawa nikmat. Bahkan ada kerinduan untuk
mengulang, mengulang dan mengulang.
Kebersamaan kita dengan Allah bisa kita pertahankan
terus menerus dengan cara menjaga kualitas kesadaran kita. Kesadaran yang
berkualitas tinggi bisa diukur dengan parameter tertentu. Di antaranya adalah
dengan mengukur tingkat kesabaran seseorang.
Fitrah manusia diciptakan Allah mengikuti fitrahNya.
Fitrah yang sempurna itu harus kembali disatuakn dengan sumbernya : fitrah
Allah. Bagaimana caranya : ikutilah petunjuk-petunjuknya dalam menjalani
kehidupan saat ini. Semuanya ada di dalam al-quran, asal diaplikasikan dalam
kehidupan nyata sehari-hari. Karena, agama memang bukan sekedar teori, tapi
beramal kebajikan sebanyak-banyaknya.
Secara kuantitas, kita tidak pernah berpisah dari
Allah. Tapi secara kualitas, kita ini selalu bergerak dinamis antara kutub
jelek dan kutub baik.
Allah bagaikan sebuah ‘pelita raksasa’ di balik
sebuah kaca rahasia. Sedangkan makhluk adalah cahaya yang terpancar ke segala
penjuru alam semesta.
Penulis : Wahyu Ilahi/50500113002/Jur A
Post : Nurrahmah SF
Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Rosnida zainab asal Kalimantan Timur, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil, dan disini daerah tempat mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya 0853-1144-2258 atas nama Drs Tauchid SH.MSI beliaulah yang selama ini membantu perjalan karir saya menjadi PEGAWAI NEGERI SIPIL. alhamdulillah berkat bantuan bapak Drs Tauchid SH.MSI SK saya dan 2 teman saya sudah keluar, Wassalamu Alaikum Wr Wr
BalasHapus