Label

Jumat, 15 Januari 2016

Memanfaatkan Hidup




Hidup bukan hanya untuk diri sendiri", pernahkah Anda mendengar kata-kata tersebut? Kalau kita cermati lebih dalam, maka ada makna tersembunyi yang  jauh lebih luas yakni hidup ini sesungguhnya bukan kehendak kita, tetapi kehendak Allah Tuhan Yang Maha Memiliki Kehidupan. Hidup bukanlah semata-mata untuk diri kita sendiri, melainkan hidup untuk memberikan manfaat bagi orang lain dan kehidupan alam semesta ini.

Kalau kita melakukan sebuah perjalanan ke dalam diri kita sendiri "inner journey", maka kita akan menemukan bahwa sesungguhnya diri kita sangat mengagumkan., maka sepantasnya  kita menghargai nya dan  memanfaatkan hidup ini untuk lebih bermakna. Menghargai hidup berarti  menjalani hidup ini penuh makna, menggunakan hidup ini untuk memberikan manfaat bagi  kesejahteraan diri sendiri, keluargadan orang-orang disekitar  kita. 
                Bagaimana menggunakan hidup kita agar  menjadi  lebih bermakna ? Bagaimana menghargai hidup yang sudah diberikan oleh Tuhan Yang Memiliki Kehidupan ? Apa yang harus dilakukan dalam hidup agar menjadi lebih bermakna ? Tentu banyak sekali jawaban-jawaban yang bisa dituliskan dalam menghargai hidup ini. Banyak sekali cara-cara dalam menggunakan hidup menjadi lebih bermakna. Namun disini saya berbagi bebera tips dalam menghargai hidup kita ini. 

1. Mengubah Orientasi Hidup Lebih Memikirkan Orang Lain
                Pikirkan sejenak, apakah Anda sering memikirkan diri sendiri dibandingkan orang lain ? Misalnya berpikir bagaimana memenuhi keinginan sendiri, ingin pekerjaan lebih baik, ingin penghasilan lebih tinggi, ingin rumah lebih mewah, ingin mobil lewah baru, ingin bisnis lebih besar, ingin hidup lebih kaya dan ingin-ingin yang lainnya. Kalau hal itu yang selalu ada dalam pikiran kita, artinya lebih sering memikirkan diri sendiri. Kalau itu yang memenuhi benak pikiran kita, artinya kita hanya berpusat pada diri sendiri dan mementingkan diri sendiri. 
                Dalam buku The Art of Life Revolution, yang diterbitkan oleh Elex Media, salah satu cara untuk "merevolusi" hidup kita adalah memulai mengubah pusat hidup kita dengan memikirkan orang lain. Misalnya memikirkan bagaimana membantu anak-anak yatim agar bisa bersekolah, membantu fakir miskin yang kesulitan membeli sembako, bagaimana membantu memberikan pekerjaan bagi pengangguran, membantu orang tak berdaya, memikirkan orang yang kurang rejeki, orang yang tidak pernah dibantu hidupnya. Itu artinya kita sudah mulai memikirikan orang lain, tidak hanya memikirkan diri sendiri saja. Ini akan membawa kita lebih dekat dengan kemudahan, kebahagiaan dan keberuntungan dalam hidup. 

2. Meningkatkan empati kepada orang lain.
                Bersikap empati kepada orang lain merupakan salah satu cara menghargai hidup kita. Bersikap empati berbeda pengertiannya dengan sikap simpati. Sikap simpati lebih merupakan kesepakatan penilaian terhadap orang lain. Sedangkan sikap empati lebih menekankan pada mengerti orang lain, memahami kondisi orang lain secara emosional dan intelektual. Artinya kita menggunakan ketajaman mata hati untuk memperhatikan kebutuhan orang lain, berusaha melihat kesulitan orang lain. 
Bersikap empati, sederhananya memandang keluar melalui kerangka pikiran orang lain, atau melihat dunia dan hubungan dengan orang lain melalui kaca mata orang lain.
Bagaimana caranya ?. Kita dapat memulainya dengan menumbuhkan pemahaman dan perasaan dari dalam jiwa kita. Menanamkan tekad dari dalam hati untuk mengutamakan kepentingan orang lain. Memiliki kerendahan hati, kesediaan berbagi kebaikan dengan orang lain. Memiliki kesediaan hati berbagai kegembiraan disaat memperoleh kemenangan dan memberikan dorongan disaat mengalami kesulitan. 

3. Banyak Melepaskan Energi Positif.
                Melepaskan energi positif artinya banyak melakukan pekerjaan-pekerjaan positif. Memandang hidup ini dari kaca mata positif dan banyak melakukan hal-hal positif. Pernahkah Anda merasakan kebahagiaan pada saat menolong orang yang sedang benar-benar kesulitan, misalnya ? Itulah sesungguhnya kebahagiaan yang menyentuh aspek spiritual. Menolong orang lain adalah pekerjaan positif, artinya kita melepaskan energi positif kepada orang lain. 
                Banyak hal yang dapat dilakukan untuk melepasakan energi positif ini, diantaranya mungkin anda punya semangat, punya ide, punya solusi bagi orang lain, maka berbagilah semangat, ide dan solusi itu dengan orang lain. Anda memiliki pemikiran-pemikiran positif, maka jangan malas menulisnya untuk orang lain. Semakin banyak anda melakukan pekerjaan positif, semakin banyak energi positif yang keluar dan semakin banyak yang akan kembali Anda terima. Mungkin anda akan menerimanya dalam bentuk yang berbeda, misalnya kebahagiaan hati, kepuasaan jiwa, ketenangan hidup bahkan bisa saja berbagai kemudahan rejeki, dll. 

4. Hadapkan Wajah Hanya Kepada Allah SWT
                Hidup ini hanyalah 'pemberian' dari Yang Maha Memberi. Maka Dia-lah yang berkuasa juga untuk mengambilnya kembali. Dialah Allah Tuhan yang mengatur kehidupan kita ini. Dia pulalah yang berkuasa memberikan kemudahan, keberhasilan atau kesulitan dalam kehidupan kita. Tentunya itu semua bermula dari bagaimana cara kita menghargai hidup yang sudah diberikan oleh-Nya. 
Menghadapkan wajah kepada Allah, artinya menjaga keseimbangan dalam hidup ini hanya selalu mengorbit dan beredar dalam lingkaran yang berpusat pada hati nurani. Karena hati adalah pusat makna tertinggi dalam kehidupan yang didalamnya sudah ada sifat-sifat mulia Allah Tuhan Yang Maha Esa. Menghadapkan wajah kepada Allah artinya, bertawakal dan berserah diri kepada Allah. Hidup hanya untuk mengabdi kepada Allah, melalui berbagai bidang pekerjaan, melalui bisnis, maupun kehidupan lainnya. Bersyukur menerima kehidupan ini dan bersabar dalam setiap langkah kehidupan. Meskipun demikian tidak pernah berhenti ber-ikhtiar melalui usaha lahiriah yang cerdas dan keras. Lebih lengkap dapat dibaca di buku "The Art of Life Revolution" yang diterbitkan Elex Media. Semoga bermanfaat untuk kita semua. 
Orang beriman selalu berusaha agar amal ibadahnya dapat diterima oleh Allah SWT. Untuk memperoleh kualitas amal ibadahnya yang terbaik, ia akan memilih strategi “amalan” yang paling efektif dan dengan nilai yang paling signifikan. Untuk itu ia akan memilih waktu dan tempat yang utama. Waktu utama yang tersisip berada pada skala harian, mingguan, bulanan, dan tahunan.
Waktu utama di setiap hari misalnya di sepertiga malam terakhir, dan untuk memanfaatkannya ia “memaksakan” diri untuk bangun dan menunaikan sholat. Waktu utama di setiap minggu misalnya hari Jumat (sayyidul ayyam) sebagaimana Allah katakan: “Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. (QS. 62:9). Waktu utama di setiap bulan adalah tanggal pada tanggal 13, 14 dan 15 bulan komariah (hijriyah) yang dikenal dengan Ayyamul Bidh yaitu dengan melakukan puasa sunah. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Kekasihku (yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) mewasiatkan padaku tiga nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati: [1] berpuasa tiga hari setiap bulannya, [2] mengerjakan shalat Dhuha, [3] mengerjakan shalat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari no. 1178). Selanjutnya waktu utama di setiap tahunnya yaitu bulan ramadlon. Adapun tempat yang utama antara lain di shaf terdepan pada sholat berjamaah (bagi laki-laki), di mesjid-mesjid, di masjidil haram, dan lain-lain.
Orang yang beriman dan percaya dengan sepenuh hati, sangat berharap untuk memperoleh waktu dan tempat yang utama tersebut. Selain waktu dan tempat utama, orang yang beriman akan berusaha untuk “menangkap” segala peluang kegiatan ibadah (mahdhoh) yang memiliki keuntungan terbesar. Untuk sholat fardlu ia akan mencari komunitas sholat berjamaah. Di tengah kehidupan yang serba sibuk, sholat berjamaah perlu perjuangan untuk “menangkap”nya. Selanjutnya, jika pernikahan dapat melipatkan nilai ibadah-ibadah lainnya secara berlipat ganda, maka ia berusaha untuk berumah tangga. Intinya setiap peluang waktu, tempat, dan kegiatan akan dipilihnya unuk ibadah agar memperoleh keutamaan ibadah.
Untuk lebih mengoptimalkan, orang beriman juga sangat menghayati kehidupan yang dijalaninya, baik dengan ekspresi rasa syukur maupun dengan kesabaran (jika menghadapi ujian). Untuk menikmati rasa syukur, (barangkali) setiap orang akan mampu menjalaninya. Ciri orang yang sedang bersyukur akan terlihat senyuman yang lebar di wajahnya, bermuka ceria, rendah hati, dan suka berbagi rizki kepada sesama. Sebaliknya, untuk “menjalani” hidup yang sulit (barangkali) perlu dengan penuh kesabaran. Salah satu cara “memanfaatkan” kesabaran agar berbuah menjadi pahala adalah dengan tidak putus-putusnya berdoa dan memuji Tuhannya dengan penuh harap dan tetap berusaha menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya.
Strategi lainnya yang sangat ampuh agar kita dapat hidup efektif adalah dengan cara mengingat Allah (bertafakur), memuji dan mengagungkan-Nya. Tafakur merupaan ibadah yang tidak terikat oleh waktu dan tempat. Walaupun demikian, ia tetap memiliki nilai yang juga utama. Secara umum, ajakan untuk bertafakur barangkali sering kita dengar. Namun objek yang perlu ditafakuri terkadang belum banyak difahami secara ilmiah oleh banyak kaum muslimin. Penghayatan terhadap sistem alam yang ditafakuri kurang mendalam karena kaum muslimin memiliki keterbatasan akan wawasan ilmu tentang alam dan sosial.
Tulisan ini ingin mengajak untuk melakukan tafakur dengan cara banyak membaca dan mengetahui cara kerja dari sistem alam. Dengan bertafakur, kita akan memperoleh dua hal keuntungan yaitu pertama akan mendapat pahala ibadah dan kedua akan memperoleh wawasan ilmu pengetahuan yang sangat berarti untuk menjalani kehidupan di dunia. Jika selama ini kita mencari ilmu hanya untuk pengembangan ilmu itu sendiri, lalu “sisanya” untuk kegiatan tafakur, maka di masa mendatang, marilah kita belajar dengan niatan untuk melakukan tafakur. Hasil temuan dari kegiatan tafakur, kita manfaatkan untuk bekal kehidupan di dunia.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka (Al Imran, 190-191).
Makna tafakur yang selama ini kita pahami kelihatannya memang mengalami reduksi, yaitu sering kita maknai sebagai wilayah filsafat sebagai hasil proses perenungan nalar tanpa pembuktian ilmiah. Di hari yang akan datang, marilah kita maknai “tafakur” sebagi arti yang lebih luas yaitu mencari dan menemukan (discovery) rahasia alam ciptaan Allah melalui kegiatan ilmiah dan penelitian yang bersifat rasional. Dengan cara itu, setiap muslim, akan memperoleh amalan dunia dan juga akhirat.
Akhirnya, jika kita mampu memilih waktu tempat yang utama (Untuk beribadah) lalu mengisi setiap saat dengan cara “bertafakur” maka kita akan memperoleh nilai ibadah setiap detik tanpa henti. Hidup kita akan penuh makna ibadah.
Namun demikain, ada satu hal yang biasanya menjadi penghambat (godaan) sehingga membuat hidup kita menjadi tidak bernilai ibadah, yaitu lupa akan niat melakukan ibadah. Jika terjadi hal demikian, maka setiap hadir kesadaran, segeralah kembali untuk memuji Allah, mengingat-Nya, lalu bertafakur kembali (merenungkan, membaca, meneliti, dan kegiatan tafakur lainnya).
Diriwayatkan dari Amirul Mukminin Abu Hafs Umar ibn Khottob r.a berkata: Saya telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: Hanyalah amalan perbuatan itu tergantung pada niatnya. Dan hanyalah setiap orang itu tergantung pada apa yang diniatkan. Barang siapa yang berhijrah karena Allah dan Rasulnya maka hijrahnya itu menuju Allah dan Rasulnya, barangsiapa yang berhijrah karena dunia yang dia harapkan dan karena wanita yang hendak ia nikahi, maka hijrahnya menuju apa yang ia inginkan (H.R. Bukhori Muslim)
Sebagai suatu simpulan, untuk memperoleh hidup penuh makna dan ibadah, ada tiga langkah yaitu pertama, tetap mencari ilmu agama agar kita dapat melaksanakan ibadah dengan penuh kemantapan dan mampu memilih waktu serta tempat yang utama untuk beribadah. Kedua, tetaplah belajar untuk menggali pengetahuan ilmiah (dunia) agar kita dapat bertafakur secara tepat (tidak menduga-duga). Ketiga, berusaha sekuat tenaga agar kita selalu memiliki kesadaran diri sehingga langkah kita penuh bernilai ibadah. Aamiin, semoga kita dapat melaksanakan kebaikan ini.

Penulis : Zella Astarina Mamba/Jur A
Post : Nurrahmah SF

1 komentar:

  1. Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Rosnida zainab asal Kalimantan Timur, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil, dan disini daerah tempat mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya 0853-1144-2258 atas nama Drs Tauchid SH.MSI beliaulah yang selama ini membantu perjalan karir saya menjadi PEGAWAI NEGERI SIPIL. alhamdulillah berkat bantuan bapak Drs Tauchid SH.MSI SK saya dan 2 teman saya sudah keluar, Wassalamu Alaikum Wr Wr

    BalasHapus