Nama : Junaedi
NIM : 50500113030
Kelas : Jurnalistik A/V
Pengaruh Media
Terhadap Umat
Dalam dunia komunikasi ada unsur-unsur yang mutlak diperlukan, yaitu komunikator, pesan, media dan kemunikan. Media di sini berfungsi sebagai penyampai atau perantara dari
pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Jadi dapat dikatakan
bahwa media adalah suatu alat untuk menyampaikan informasi.
Perkembangan media dibagi menjadi
tiga era, era pertama dimana media cetak menjadi sumber iformasi, di era kedua
muncullah media elektrinok seperti radio dan televisi dan era ketiga adalah era
dimana kita pada saat ini berada, yaitu era kemunculan media-media baru (media
online).
Namun yang menjadi permasalahan sekarang, media yang
seharusnya menyampaikan hal-hal yang bermanfaat terkadang malah menyampaikan hal-hal yang negativ. Bahkan tidak sedikit media hanya menyampaikan berita
bohong yang kemudian dipercayai oleh khalayak. Dalam buku yangditulis oleh AM
Waskito menyebutkan bahwa “If you repeat a lie often enough, people will
believe it, and you will even come to
believe it yourself” (Jika kamu terus mengulang-ulang menyiarkan suatu kebohongan,
masyarakat lama-lama akan mempercayainya, bahkan kamu sendiri akan ikut
mempercayainya).
Kehadiran
media membuat banyak perubahan baik dari segi pola pikir maupun bagi kehidupan umat manusia, menurut
Dr. Nurhidayat M Said, MA
salah seorang dosen Dakwah di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar
mentakan bahwa umat sekarang lebih suka dihibur daripada dididik. Itulah fenomena yang terjadi sekarang, umat lebih suka diceramahi oleh orang (ustadz) yang
lucu dan kebanyakan ketawa dibandingkan apa yang bisa didapat dari ceramahnya
tersebut.
Sekarang
umat tidak lagi memperhatikan ilmu dan latar belakang pendidikan yang dimiliki
oleh seorang (ustadz). Umat sekarang hanya memperhatikan hiburannya dan seberapa sering orang tersebut muncul
di media. Melihat situasi dan kondisi sekarang, untuk bisa dipanggil ustadz itu sangatlah mudah.
Penulis beranggapan bahwa untuk bisa dipanggil ustadz, tidak perlu memiliki
pengetahuan agama yang dalam, akan tetapi kita hanya perlu pakaian dan media.
Sekarang
banyak orang dipanggil ustadz bukan kerena memiliki latar belakang pendidikan
agama, akan tetapi karena seringnya mereka muncul di media dengan mengenakan
baju koko/muslim. Seperti yang saya katakana pada bagian awal tulisan ini bahwa
media media sudah banyak meroba polapikir umat.
Selain itu, Dr. Nurhidayat M said
dalam seminar yang digelar Fakultas Dakwah dan Komunikasi Kamis (19/11/15)
mengatakan bahwa kehadiran media khususnya media online membuat masyarakat
malas untuk belajar dengan Kiyai atau pun dengan ustadz-ustadz, kebanyakan
orang malah keseringan searching di internet jika meraka membutuhkan jawaban apa yang mereka tidak
ketahui. Karena internet lebih cepat menjawab apa yang mereka inginkan.
Sehingga muncullah istilah “Jangan tanya
ustadz atau Tuhan tapi tanya google”.
Dari segi kultur budaya. Madia juga sudah
banyak merubah kultur masyarakat. Kebiasaan yang dulunya baik kini dirubah dengan kebiasaan buruk tetapi tidak disadari.
Khususnya untuk para remaja dan anak muda sekarang, mungkin kita bisa lihat
dari cara berpakaian yang dulunya
tertutup sekarang mulai terbuka. Ini dikarena masyarakat banyak menonton dan
meniru apa yang mereka lihat di media.
Kebiasaan
masyarakat doa sebelum makan pun kini lambat laun mulai ditinggalkan. Doa sebelum
makan yang biasanya dilakukan kini diganti menjadi selfie sebelum makan. Inilah yang terjadi sekarang sebagian
besar orang khususnya remaja mereka foto dulu sebelum makan.
Sadar tidak sadar kita sudah
dijajah oleh media. Menurut hemat penulis, media sekarang sudah tidak lagi
menjalankan fungsinya dengan baik. Media yang seharusnya memiliki fungsi education atau pendidikan malah
memberikan contoh yang kurang mendidik. Hampir setiap hari kita disuguhkan
tayangan-tayangan yang dapat merusak tatanan kehidupan.
Selain itu, dampak yang lebih besar
dari pengaruh medaia adalah media berusaha
memecah persatuan umat manusia dengan menyebarkan isu-isu propaganda.
Banyak contoh kasus yang disebabkan oleh media, seperti yang terjadi di Poso, Ambon
dan Maluku. Konflik besar-besaran antar umat beragama disebabkan oleh isi
pemberitaan media, khususnya media cetak. Mungkin kita sudah pernah mendengar
bahwa konflik yang terjadi di Poso, Ambon dan Maluku adalah konflik karena
agama.
Sejatinya, konflik yang terjadi di
Poso bukan karena persoalan agama atau beda keyakinan. Akan tetapi konflik yang
terjadi diposo hanya konflik antar individu yang kemudian dibesar-besarkan oleh
media sebagai konflik antar agama. Awal kejadian ketika seorang pemuda kristen
yang sedang mabuk yang kemudian masuk ke sebuah masjid dan membacok salah
seorang penghuni masjid.
Dalam sebuah buku yang ditulis oleh Dr. Suf
Kasman Salah, seorang Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang mengkaji
tentang konflik yang terjadi di Poso Ambon dan Maluku. Dalam bukunya, Suf
Kasman banyak mengungkapkan betapa media menjadi profokator dalam konflik
tersebut.
Harian
Kompas dan Republika
merupakan media cetak yang memberitakan peristiwa tersebut, ada keberpihakan
media dengan antar golongan. Media pada waktu itu seakan sudah meninggalkan perannya dan mulai mengabaikan
Kode Etik Jurnalistik (KEJ) dalam peliputan. Dari kedua media yang memberitakan
peristiwa tersebut, mereka tidak memberitakan secara berimbang.
Kedua media ini juga hanya
memberitakan salah satu pihak saja tanpa mewawancarai kedua bela pihak (pihak
lawan). Selain itu, Harian Kompas dan
Republika juga banyak memuat foto
foto sadis yang bisa membakar emosi siapa pun yang melihatnya. Kedua media ini
membingkai (framing) berita sedemikian rupa sehingga dapat memunculkan opini
publik dan dapat mengundang amara.
Harian
Kompas yang lebih cenderung kepeda umat
kristen dan Harian Republika lebih
cenderung memberitakan umat islam. Dalam hal ini, Harian Kompas lebih banyak memuat gambar korban dari pihak kristen
begitu pun sebaliknya dengan Harian Repulika
yang kebanyakan memuat korban dari pihak islam. Sehingga jika kedua pihak ini melihat
salah satu media itu akan membakar emosi mereka.
Dalam mengambil informasi pun, Harian Kompas Dan Republika kebanyak
memuat opini sendiri. Mereka tidak melakukan chack and rechack untuk
nmedapatkan kepastian informasi, mereka kebanyakan hanya mengambil informasi
dari suara-suara sumbang.
Jadi sesungguhnya konflik yang
terjadi di poso dan maluku bukanlah konflik kerena agama atau pun antar agama.
Konflik ini dikenal sebagai konflik antar agama itu kerena dari hasil
pemberitaan media yang menimbulkan opini publik.
Dari buku ini, penulis beranggapan
bahwa dibalik dampak positifnya, ternyata media memiliki dampak negatif yang
lebih besar bagi kehidupan umat. Media yang seharusnya sebagai alat kontrol
kini malah sebaliknya, media justru sebagai pemecah kesatuan umat beragama.
Untuk mengatasi terjangan media, memang dibutuhkaan kesadaran individu
tergantung bagaimana kita menyikapinya.
Penulis beranggapan bahwa untuk tidak
terlindas oleh media, kita khususnya umat islam harus tetap berpegang teguh
pada nilai-nilai ajaran islam sesuai tuntunan Al-quran dan Al hadist. Dalam
alquran Allah SWT berfirman :
y7Ï9ºs Ü=»tGÅ6ø9$# w |=÷u ¡ ÏmÏù ¡ Wèd z`É)FßJù=Ïj9 ÇËÈ
2. Kitab[11] (Al Quran) ini tidak ada
keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa[12],
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa
tujuan diturunkannya Alquran untuk menjadi petunjuk. Inilah salah satu cara
untuk menjawab tantangan zaman, zaman dimana media-media sekuler yang mulai
menggorogoti kehidupa umat manusia.
Post. Junaedi
Jurnalistik A
*********
END **********
Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Rosnida zainab asal Kalimantan Timur, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil, dan disini daerah tempat mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya 0853-1144-2258 atas nama Drs Tauchid SH.MSI beliaulah yang selama ini membantu perjalan karir saya menjadi PEGAWAI NEGERI SIPIL. alhamdulillah berkat bantuan bapak Drs Tauchid SH.MSI SK saya dan 2 teman saya sudah keluar, Wassalamu Alaikum Wr Wr
BalasHapus