Label

Rabu, 13 Januari 2016

Pengaruh Media Terhadap Umat



Nama              : Junaedi
NIM                : 50500113030
Kelas               : Jurnalistik A/V
Pengaruh Media Terhadap Umat
            Dalam dunia komunikasi ada unsur-unsur  yang mutlak diperlukan, yaitu komunikator, pesan, media dan kemunikan. Media di sini berfungsi sebagai penyampai atau perantara dari pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Jadi dapat dikatakan bahwa media adalah suatu alat untuk menyampaikan informasi.
            Perkembangan media dibagi menjadi tiga era, era pertama dimana media cetak menjadi sumber iformasi, di era kedua muncullah media elektrinok seperti radio dan televisi dan era ketiga adalah era dimana kita pada saat ini berada, yaitu era kemunculan media-media baru (media online).
            Namun yang menjadi permasalahan sekarang, media yang seharusnya menyampaikan hal-hal yang bermanfaat terkadang  malah menyampaikan hal-hal yang negativ. Bahkan tidak sedikit media hanya menyampaikan berita bohong yang kemudian dipercayai oleh khalayak. Dalam buku yangditulis oleh AM Waskito menyebutkan bahwa “If you repeat a lie often enough, people will believe it, and you will  even come to believe it yourself” (Jika kamu terus mengulang-ulang menyiarkan suatu kebohongan, masyarakat lama-lama akan mempercayainya, bahkan kamu sendiri akan ikut mempercayainya).
Kehadiran media membuat banyak perubahan baik dari segi pola pikir maupun bagi kehidupan umat manusia, menurut Dr. Nurhidayat M Said, MA salah seorang dosen Dakwah di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar mentakan bahwa umat sekarang lebih suka dihibur daripada dididik. Itulah fenomena yang terjadi sekarang, umat lebih suka diceramahi oleh orang (ustadz) yang lucu dan kebanyakan ketawa dibandingkan apa yang bisa didapat dari ceramahnya tersebut.
Sekarang umat tidak lagi memperhatikan ilmu dan latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh seorang (ustadz). Umat sekarang hanya memperhatikan hiburannya dan seberapa sering orang tersebut muncul di media. Melihat situasi dan kondisi sekarang, untuk bisa dipanggil ustadz itu sangatlah mudah. Penulis beranggapan bahwa untuk bisa dipanggil ustadz, tidak perlu memiliki pengetahuan agama yang dalam, akan tetapi kita hanya perlu pakaian dan media.
Sekarang banyak orang dipanggil ustadz bukan kerena memiliki latar belakang pendidikan agama, akan tetapi karena seringnya mereka muncul di media dengan mengenakan baju koko/muslim. Seperti yang saya katakana pada bagian awal tulisan ini bahwa media media sudah banyak meroba polapikir umat.
Selain itu, Dr. Nurhidayat M said dalam seminar yang digelar Fakultas Dakwah dan Komunikasi Kamis (19/11/15) mengatakan bahwa kehadiran media khususnya media online membuat masyarakat malas untuk belajar dengan Kiyai atau pun dengan ustadz-ustadz, kebanyakan orang malah keseringan searching di internet jika meraka  membutuhkan jawaban apa yang mereka tidak ketahui. Karena internet lebih cepat menjawab apa yang mereka inginkan. Sehingga muncullah istilah “Jangan tanya ustadz atau Tuhan tapi tanya google”.
 Dari segi kultur budaya. Madia juga sudah banyak merubah kultur masyarakat. Kebiasaan yang dulunya baik kini dirubah dengan kebiasaan buruk tetapi tidak disadari. Khususnya untuk para remaja dan anak muda sekarang, mungkin kita bisa lihat dari  cara berpakaian yang dulunya tertutup sekarang mulai terbuka. Ini dikarena masyarakat banyak menonton dan meniru apa yang mereka lihat di media.
Kebiasaan masyarakat doa sebelum makan pun kini lambat laun mulai ditinggalkan. Doa sebelum makan yang biasanya dilakukan kini diganti menjadi selfie sebelum makan. Inilah yang terjadi sekarang sebagian besar orang khususnya remaja mereka foto dulu sebelum makan.
Sadar tidak sadar kita sudah dijajah oleh media. Menurut hemat penulis, media sekarang sudah tidak lagi menjalankan fungsinya dengan baik. Media yang seharusnya memiliki fungsi education atau pendidikan malah memberikan contoh yang kurang mendidik. Hampir setiap hari kita disuguhkan tayangan-tayangan yang dapat merusak tatanan kehidupan.
Selain itu, dampak yang lebih besar dari pengaruh medaia adalah media berusaha  memecah persatuan umat manusia dengan menyebarkan isu-isu propaganda. Banyak contoh kasus yang disebabkan oleh media, seperti yang terjadi di Poso, Ambon dan Maluku. Konflik besar-besaran antar umat beragama disebabkan oleh isi pemberitaan media, khususnya media cetak. Mungkin kita sudah pernah mendengar bahwa konflik yang terjadi di Poso, Ambon dan Maluku adalah konflik karena agama.
Sejatinya, konflik yang terjadi di Poso bukan karena persoalan agama atau beda keyakinan. Akan tetapi konflik yang terjadi diposo hanya konflik antar individu yang kemudian dibesar-besarkan oleh media sebagai konflik antar agama. Awal kejadian ketika seorang pemuda kristen yang sedang mabuk yang kemudian masuk ke sebuah masjid dan membacok salah seorang penghuni masjid.
 Dalam sebuah buku yang ditulis oleh Dr. Suf Kasman Salah, seorang Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang mengkaji tentang konflik yang terjadi di Poso Ambon dan Maluku. Dalam bukunya, Suf Kasman banyak mengungkapkan betapa media menjadi profokator dalam konflik tersebut.
Harian Kompas dan Republika merupakan media cetak yang memberitakan peristiwa tersebut, ada keberpihakan media dengan antar golongan. Media pada waktu itu seakan sudah  meninggalkan perannya dan mulai mengabaikan Kode Etik Jurnalistik (KEJ) dalam peliputan. Dari kedua media yang memberitakan peristiwa tersebut, mereka tidak memberitakan secara berimbang.
Kedua media ini juga hanya memberitakan salah satu pihak saja tanpa mewawancarai kedua bela pihak (pihak lawan). Selain itu, Harian Kompas dan Republika juga banyak memuat foto foto sadis yang bisa membakar emosi siapa pun yang melihatnya. Kedua media ini membingkai (framing) berita sedemikian rupa sehingga dapat memunculkan opini publik dan dapat mengundang amara.
Harian Kompas yang lebih cenderung kepeda umat kristen dan Harian Republika lebih cenderung memberitakan umat islam. Dalam hal ini, Harian Kompas lebih banyak memuat gambar korban dari pihak kristen begitu pun sebaliknya dengan Harian Repulika yang kebanyakan memuat korban dari pihak islam. Sehingga jika kedua pihak ini melihat salah satu media itu akan membakar emosi mereka.
Dalam mengambil informasi pun, Harian Kompas Dan Republika kebanyak memuat opini sendiri. Mereka tidak melakukan chack and rechack untuk nmedapatkan kepastian informasi, mereka kebanyakan hanya mengambil informasi dari suara-suara sumbang.
Jadi sesungguhnya konflik yang terjadi di poso dan maluku bukanlah konflik kerena agama atau pun antar agama. Konflik ini dikenal sebagai konflik antar agama itu kerena dari hasil pemberitaan media yang menimbulkan opini publik.
Dari buku ini, penulis beranggapan bahwa dibalik dampak positifnya, ternyata media memiliki dampak negatif yang lebih besar bagi kehidupan umat. Media yang seharusnya sebagai alat kontrol kini malah sebaliknya, media justru sebagai pemecah kesatuan umat beragama. Untuk mengatasi terjangan media, memang dibutuhkaan kesadaran individu tergantung bagaimana kita menyikapinya.
Penulis beranggapan bahwa untuk tidak terlindas oleh media, kita khususnya umat islam harus tetap berpegang teguh pada nilai-nilai ajaran islam sesuai tuntunan Al-quran dan Al hadist. Dalam alquran Allah SWT berfirman :
y7Ï9ºsŒ Ü=»tGÅ6ø9$# Ÿw |=÷ƒu ¡ ÏmÏù ¡ Wèd z`ŠÉ)­FßJù=Ïj9 ÇËÈ  
2. Kitab[11] (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa[12],
            Dalam ayat ini dijelaskan bahwa tujuan diturunkannya Alquran untuk menjadi petunjuk. Inilah salah satu cara untuk menjawab tantangan zaman, zaman dimana media-media sekuler yang mulai menggorogoti kehidupa umat manusia.
                
Post. Junaedi
Jurnalistik A


********* END **********

1 komentar:

  1. Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Rosnida zainab asal Kalimantan Timur, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil, dan disini daerah tempat mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya 0853-1144-2258 atas nama Drs Tauchid SH.MSI beliaulah yang selama ini membantu perjalan karir saya menjadi PEGAWAI NEGERI SIPIL. alhamdulillah berkat bantuan bapak Drs Tauchid SH.MSI SK saya dan 2 teman saya sudah keluar, Wassalamu Alaikum Wr Wr

    BalasHapus