Label

Kamis, 14 Januari 2016

Kebebasan yang Terpenjara



Kebutuhan manusia akan informasi semakin meningkat, informasi sudah seperti sembako bagi masyarakat pada era ini. Orang-orang dalam mengakses informasi sangat dipentingkan dari pada kegiatan lain, bahkan orang-orang mengakses informasi ketika sedang dalam toilet dan bersantai. Tidak dipungkiri hal ini menjadikan kehadiran jurnalistik semakin dibutuhkan, para pencari informasi dan yang menyebarkannya.
Jurnalistik  bisa didefinisikan sebagai kegiatan mencari, mengumpulkan, mengolah dan menyebarluaskan suatu informasi yang bernama berita. Dari informasi yang disebar tersebut ditujukan kepada khalayak untuk mengetahui, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan kebutuhan akan informasi masyarakat. Kebutuhan akan hasil kegiatan jurnalistik tidak hanya dibutuhkan pada era modern ini, jurnalistik sudah ada sejak zaman dahulu. Penyebar informasi sudah dilakukan oleh para Nabi, menyebar risalah yang diwahyukan oleh Tuhan kemudian menyebarkannya kepada ummatnya. Jika ditelisik dari sejarah, jurnalistik sudah ada sejak zaman romawi kuno, kerajaan babilonia, pada pemerintahan Julius Caesar (100-44 SM). Acta diurnal merupakan nama surat kabar pada zaman itu, yang berisi tentang berita-berita kerajaan yang ingin diketahui oleh rakyatnya. Acta diurnal sendiri ditempel pada papan pengumuman yang disebut sebagai forum romanum. Sementara surat kabar cetakan pertama baru terbit pada tahun 911 di Cina, Negara pertama yang menemukan mesin cetak.
Surat kabar, yang merupakan produk dari jurnalistik awalnya hanya berupa lebaran-lembaran informasi, pada kertas ketika ditemukan mesin cetak. Kemudian mengalami perkembangan, sehingga diterbitkan secara berkala.
Kehadiran media televisi dan perkembangan informatika membawa perubahan pada diri jurnalistik sendiri. Berita yang semulanya hadir hanya dalam bentuk surat kabar, kini bisa disaksikan melalui televisi dan mengaksesnya hanya dengan satu kali tekan dengan internet. Mencari informasi tidak lagi sesulit dahulu, informasi maupun berita menyebar di mana-mana dan kapan saja. Tapi yang patut dipertanyakan adalah apakah informasi itu layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat?
Di Indonesia sendiri, jurnalistik pada masa perkembangannya dijadikan sebagai alat perjuangan rakyat Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaannya. Kemudian setelah masa reformasi, jurnalistik Indonesia lepas dari masa yang penuh penjajahan dan pengekahan penguasa atas informasi yang disebarkannya. Inilah yang dinamakan sebagai era kebebasan pers, media-media baru lahir dalam setiap harinya dan kompetisi untuk mendapatkan berita mulai dilakukan. Siapa cepat, dialah yang berkuasa. Namun, karena adanya kompetisi dalam mencari berita, ‘kesucian’ peran jurnalistik mulai ternoda. Para insan pers mulai membuat berita heboh yang mengundang kontroversial. Jurnalistik yang semula hanya untuk dijadikan penyebar informasi dengan mengutamakan kebenaran, menjadi sedikit tergoncang akibat hadirnya berita-berita yang disebabkan oleh kemalasan wartawannya dalam memverifikasi informasi. Berita-berita kontroversial tersebut sering disebut sebagai ‘yellow paper’ atau surat kabar kuning. Suatu hal yang mengherangkan barangkali, ketika “darah” jurnalistik yang semula merah menyala berubah menjadi hitam pekat. Mungkin saja, inilah upaya orang-orang yang tidak memahami jiwa jurnalistik dalam mencari popularitas dan kesenangan sementara tanpa memerdulikan akibat yang akan ditimbulkannya.
Tidak hanya itu, era kapitalisme kembali mengoncang pondasi ‘kesucian’ jurnalistik yang sebelumnya telah goyah. Jurnalistik dijadikan sebagai sebuah wadah bisnis dalam meraup keuntungan. Pertarungan dalam memperebutkan perhatian pembaca tidak dapat dibendung lagi. Idealisme kewartawanan kembali dikurung oleh sistem kapitalisme. Menyebarkan informasi yang seharusnya untuk kepentingan masyarakat, tidak dapat lagi dilakukan. Para pemilik bisnis dan pemasuk iklan, diutamakan, terutama apabila ada skandal atau pemberitaan hal buruk mereka akan langsung meminta media yang bersangkutan untuk menutup berita tersebut atau bahkan menghentikan kontrak pemasangan iklan yang telah dibuat sebelumnya.
Sekalipun masih ada jurnalis yang mempertahankan idealismenya, tapi sayangnya mereka hanya akan terdepak dari dunia jurnalistik. Tidak dapat lagi menjadi bagian dari suatu perusahaan media. Sekali pun mereka bermaksud untuk mendirikan media sendiri dengan mempertahankan idealismenya, dapat dipastikan media tersebut tidak mampu bertahan lama. Mereka hanya akan kembali tergilas dan didepak dari lingkup dunia jurnalistik. Karena kapitalisme media sudah mengakar sangat dalam pada diri jurnalistik. Bisnis menjual informasi, dan memperkaya diri para pemilik perusahan.
Kondisi seperti ini yang sangat disayangkan sebenarnya, kepercayaan masyarakat atas kredibilitas berita yang disampaikan oleh berbagai media semakin menurun. Berita-berita yang bertebaran hanya dianggap sebagai bualan dari para pencundang informasi yang berpendidikan. Tidak ada lagi kepercayaan, tidak aka nada berita dan wartawan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya pelaku penyebar informasi.
Wadah yang seharusnya bisa menjadi tempat untuk berbagi dan mendapatkan informasi, tidak mampu lagi menjalankan perannya dengan baik. Lalu, bagaimana nasib jurnalistik ke depannya? Ketika kerancuan dan ketidakseimbangan dalam pemberitaannya masih tetap dipertahankan? Ketika pemberitaan dan dunia bisnis disatukan?
Andreas Harsono (2010) dalam bukunya yang berjudul “Agama Saya Adalah Jurnalisme” mengatakan bahwa harus ada pemisahan antara dunia bisnis dengan dunia berita, harus memisahkan antara departemen berita dengan departemen pemasuk iklan. Pemasukan iklan tidak boleh mempengaruhi wartawan dalam menulis dan menyebarkan beritanya. Harus ada “pagar api” yang memisahkan antara berita yang sebenarnya dengan informasi iklan, sehingga masyarakat dengan sendirinya akan memilah bahwa apa yang dibacanya merupakan bagian yang harus ia yakini kebenarannya.
Namun, pemahaman tentang pagar api ini masih minim dimiliki oleh para insan pers, batasan-batasan antara iklan dan berita seakan telah hilang. Terkadang, berita yang dibuat nilainya dipengaruhi oleh efek kebaikan dan keburukan dari nilai sebuah iklan yang dipasang oleh suatu perusahaan juga tergantung siapa aktor pemasang iklan tersebut. Seberapa kontribusinya? Dan berapa lama kontrak iklan yang telah terjalin di antara mereka.
Sudah saatnya para insan pers bangkit dan berbenah diri dalam menyajikan berita, mengembalikan kepercayaan masyarakat memang tidak mudah. Tapi hal itu bisa dibangun dengan berjalannya waktu. Dengan kembali memberitakan hal-hal yang seharusnya diberitakan, mengungkapkan kebenaran yang tersembunyi dari mata publik. Dan kembali menjadi kesatrian kebenaran yang diimpikan oleh masyarakat.
Kembali menjadi para Nabi yang menyebarkan risalah untuk memperbaiki umat manusia. Karena siapa yang memegang kendali informasi dialah yang akan memegang kendali dunia. Seharusnya wartawan mengingat kewajibannya untuk membela rakyat yang tertindas. 

Penulis : Nurrahmah SF/50500113003/Jur A

1 komentar:

  1. Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Rosnida zainab asal Kalimantan Timur, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil, dan disini daerah tempat mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya 0853-1144-2258 atas nama Drs Tauchid SH.MSI beliaulah yang selama ini membantu perjalan karir saya menjadi PEGAWAI NEGERI SIPIL. alhamdulillah berkat bantuan bapak Drs Tauchid SH.MSI SK saya dan 2 teman saya sudah keluar, Wassalamu Alaikum Wr Wr

    BalasHapus