Kebutuhan
manusia akan informasi semakin meningkat, informasi sudah seperti sembako bagi
masyarakat pada era ini. Orang-orang dalam mengakses informasi sangat
dipentingkan dari pada kegiatan lain, bahkan orang-orang mengakses informasi
ketika sedang dalam toilet dan bersantai. Tidak dipungkiri hal ini menjadikan
kehadiran jurnalistik semakin dibutuhkan, para pencari informasi dan yang
menyebarkannya.
Jurnalistik bisa didefinisikan sebagai kegiatan mencari,
mengumpulkan, mengolah dan menyebarluaskan suatu informasi yang bernama berita.
Dari informasi yang disebar tersebut ditujukan kepada khalayak untuk
mengetahui, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan kebutuhan akan
informasi masyarakat. Kebutuhan akan hasil kegiatan jurnalistik tidak hanya
dibutuhkan pada era modern ini, jurnalistik sudah ada sejak zaman dahulu.
Penyebar informasi sudah dilakukan oleh para Nabi, menyebar risalah yang
diwahyukan oleh Tuhan kemudian menyebarkannya kepada ummatnya. Jika ditelisik
dari sejarah, jurnalistik sudah ada sejak zaman romawi kuno, kerajaan babilonia,
pada pemerintahan Julius Caesar (100-44 SM). Acta diurnal merupakan nama surat
kabar pada zaman itu, yang berisi tentang berita-berita kerajaan yang ingin diketahui
oleh rakyatnya. Acta diurnal sendiri ditempel pada papan pengumuman yang
disebut sebagai forum romanum.
Sementara surat kabar cetakan pertama baru terbit pada tahun 911 di Cina,
Negara pertama yang menemukan mesin cetak.
Surat
kabar, yang merupakan produk dari jurnalistik awalnya hanya berupa
lebaran-lembaran informasi, pada kertas ketika ditemukan mesin cetak. Kemudian
mengalami perkembangan, sehingga diterbitkan secara berkala.
Kehadiran
media televisi dan perkembangan informatika membawa perubahan pada diri
jurnalistik sendiri. Berita yang semulanya hadir hanya dalam bentuk surat
kabar, kini bisa disaksikan melalui televisi dan mengaksesnya hanya dengan satu
kali tekan dengan internet. Mencari informasi tidak lagi sesulit dahulu,
informasi maupun berita menyebar di mana-mana dan kapan saja. Tapi yang patut
dipertanyakan adalah apakah informasi itu layak untuk dikonsumsi oleh
masyarakat?
Di
Indonesia sendiri, jurnalistik pada masa perkembangannya dijadikan sebagai alat
perjuangan rakyat Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaannya. Kemudian
setelah masa reformasi, jurnalistik Indonesia lepas dari masa yang penuh
penjajahan dan pengekahan penguasa atas informasi yang disebarkannya. Inilah
yang dinamakan sebagai era kebebasan pers, media-media baru lahir dalam setiap
harinya dan kompetisi untuk mendapatkan berita mulai dilakukan. Siapa cepat,
dialah yang berkuasa. Namun, karena adanya kompetisi dalam mencari berita,
‘kesucian’ peran jurnalistik mulai ternoda. Para insan pers mulai membuat
berita heboh yang mengundang kontroversial. Jurnalistik yang semula hanya untuk
dijadikan penyebar informasi dengan mengutamakan kebenaran, menjadi sedikit
tergoncang akibat hadirnya berita-berita yang disebabkan oleh kemalasan
wartawannya dalam memverifikasi informasi. Berita-berita kontroversial tersebut
sering disebut sebagai ‘yellow paper’
atau surat kabar kuning. Suatu hal yang mengherangkan barangkali, ketika
“darah” jurnalistik yang semula merah menyala berubah menjadi hitam pekat.
Mungkin saja, inilah upaya orang-orang yang tidak memahami jiwa jurnalistik
dalam mencari popularitas dan kesenangan sementara tanpa memerdulikan akibat
yang akan ditimbulkannya.
Tidak
hanya itu, era kapitalisme kembali mengoncang pondasi ‘kesucian’ jurnalistik
yang sebelumnya telah goyah. Jurnalistik dijadikan sebagai sebuah wadah bisnis
dalam meraup keuntungan. Pertarungan dalam memperebutkan perhatian pembaca
tidak dapat dibendung lagi. Idealisme kewartawanan kembali dikurung oleh sistem
kapitalisme. Menyebarkan informasi yang seharusnya untuk kepentingan
masyarakat, tidak dapat lagi dilakukan. Para pemilik bisnis dan pemasuk iklan,
diutamakan, terutama apabila ada skandal atau pemberitaan hal buruk mereka akan
langsung meminta media yang bersangkutan untuk menutup berita tersebut atau bahkan
menghentikan kontrak pemasangan iklan yang telah dibuat sebelumnya.
Sekalipun
masih ada jurnalis yang mempertahankan idealismenya, tapi sayangnya mereka
hanya akan terdepak dari dunia jurnalistik. Tidak dapat lagi menjadi bagian
dari suatu perusahaan media. Sekali pun mereka bermaksud untuk mendirikan media
sendiri dengan mempertahankan idealismenya, dapat dipastikan media tersebut
tidak mampu bertahan lama. Mereka hanya akan kembali tergilas dan didepak dari
lingkup dunia jurnalistik. Karena kapitalisme media sudah mengakar sangat dalam
pada diri jurnalistik. Bisnis menjual informasi, dan memperkaya diri para
pemilik perusahan.
Kondisi
seperti ini yang sangat disayangkan sebenarnya, kepercayaan masyarakat atas
kredibilitas berita yang disampaikan oleh berbagai media semakin menurun.
Berita-berita yang bertebaran hanya dianggap sebagai bualan dari para
pencundang informasi yang berpendidikan. Tidak ada lagi kepercayaan, tidak aka
nada berita dan wartawan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya pelaku
penyebar informasi.
Wadah
yang seharusnya bisa menjadi tempat untuk berbagi dan mendapatkan informasi,
tidak mampu lagi menjalankan perannya dengan baik. Lalu, bagaimana nasib
jurnalistik ke depannya? Ketika kerancuan dan ketidakseimbangan dalam pemberitaannya
masih tetap dipertahankan? Ketika pemberitaan dan dunia bisnis disatukan?
Andreas
Harsono (2010) dalam bukunya yang berjudul “Agama Saya Adalah Jurnalisme”
mengatakan bahwa harus ada pemisahan antara dunia bisnis dengan dunia berita,
harus memisahkan antara departemen berita dengan departemen pemasuk iklan.
Pemasukan iklan tidak boleh mempengaruhi wartawan dalam menulis dan menyebarkan
beritanya. Harus ada “pagar api” yang memisahkan antara berita yang sebenarnya
dengan informasi iklan, sehingga masyarakat dengan sendirinya akan memilah
bahwa apa yang dibacanya merupakan bagian yang harus ia yakini kebenarannya.
Namun,
pemahaman tentang pagar api ini masih minim dimiliki oleh para insan pers,
batasan-batasan antara iklan dan berita seakan telah hilang. Terkadang, berita
yang dibuat nilainya dipengaruhi oleh efek kebaikan dan keburukan dari nilai
sebuah iklan yang dipasang oleh suatu perusahaan juga tergantung siapa aktor
pemasang iklan tersebut. Seberapa kontribusinya? Dan berapa lama kontrak iklan
yang telah terjalin di antara mereka.
Sudah
saatnya para insan pers bangkit dan berbenah diri dalam menyajikan berita,
mengembalikan kepercayaan masyarakat memang tidak mudah. Tapi hal itu bisa
dibangun dengan berjalannya waktu. Dengan kembali memberitakan hal-hal yang
seharusnya diberitakan, mengungkapkan kebenaran yang tersembunyi dari mata
publik. Dan kembali menjadi kesatrian kebenaran yang diimpikan oleh masyarakat.
Kembali
menjadi para Nabi yang menyebarkan risalah untuk memperbaiki umat manusia. Karena
siapa yang memegang kendali informasi dialah yang akan memegang kendali dunia.
Seharusnya wartawan mengingat kewajibannya untuk membela rakyat yang tertindas.
Penulis : Nurrahmah SF/50500113003/Jur A
Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Rosnida zainab asal Kalimantan Timur, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil, dan disini daerah tempat mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya 0853-1144-2258 atas nama Drs Tauchid SH.MSI beliaulah yang selama ini membantu perjalan karir saya menjadi PEGAWAI NEGERI SIPIL. alhamdulillah berkat bantuan bapak Drs Tauchid SH.MSI SK saya dan 2 teman saya sudah keluar, Wassalamu Alaikum Wr Wr
BalasHapus